Cerita Cinta Abadi

Oleh Achmanto Mendatu

Anda sudah menonton film ‘Troya’ yang mengisahkan tentang pertempuran antara Kerajaan Troya dan Sparta pada masa Yunani kuno? Film itu dibintangi oleh Brad Pitt. Jika anda belum menontonnya, tontonlah. Film itu salah satu film kolosal terbaik yang pernah ada. Dikisahkan dalam film itu, Paris, sang pangeran Troya jatuh cinta kepada Helen, ratu Sparta, yang konon merupakan wanita tercantik di seluruh Yunani. Cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Helen juga jatuh cinta pada Paris. Apalagi Helen merasakan penderitaan selama perkawinan dengan suaminya, Meleneaus. Paris dianggap Helen sebagai ‘cinta’ yang memberi kesegaran dalam penderitaannya. Lalu, Paris melarikan Helen ke Troya. Akibatnya Sparta murka. Lalu dikirimkanlah armada untuk menaklukan Troya. Sebanyak 50 ribu prajurit dengan 1000 kapal yang merupakan kekuatan gabungan seluruh kerajaan taklukan Sparta, berlayar ke Troya untuk mengambil kembali Helen, sekaligus untuk membuat Troya takluk dibawah kekuasaan Sparta. Kisah cinta kemudian berbaur menjadi kisah tentang kekuasaan.

Film ‘Troya’ merupakan adaptasi dari kisah ‘Odysseus’ karya Homer, salah satu sejarawan Yunani kuno yang dianggap sebagai bapak sejarawan. Kisah perang troya diyakini sebagian orang sungguh-sungguh terjadi. Penggalian arkeologis memang membuktikan adanya reruntuhan tembok kota Troya. Namun legenda dalam film Troya hampir pasti tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Lagipula legenda tersebut hanya merupakan salah satu versi dari beberapa versi yang dikembangkan dari karya Homer.

Ada sebuah legenda kisah cinta lagi yang sangat menarik dari peradaban Yunani Kuno, yakni kisah Oedipus Sang Raja, karya Sopochles, dramawan yang dianggap sebagai bapak drama. Sampai kini karya drama itu selalu dipentaskan dimana-mana diseluruh penjuru dunia. Konon, seseorang belum dianggap mampu memainkan teater apabila belum bisa mementaskan ‘Oedipus Sang Raja’ dengan sempurna.

Oedipus adalah putra tertua raja Laius dan Jocasta, penguasa kerajaan Thebes. Ia dibuang oleh sang raja ketika masih bayi karena ramalan memberitahukan bahwa anak tersebut akan membunuhnya jika sudah dewasa. Lebih dari itu ia juga diramalkan akan menikahi ibunya. Namun ternyata Oedipus tidak mati ketika dibuang. Ia ditemukan oleh seorang petani yang lalu menyerahkannya kepada salah seorang pegawai kerajaan Corinthus. Oleh pegawai tersebut, sang bayi diserahkan kepada raja kerajaan Corinthus dan diangkat sebagai anak. Ia dibesarkan sebagai putra raja. Sampai suatu saat Oedipus merasa ragu dengan asal-usulnya. Akhirnya bertanyalah ia pada peramal mengenai nasib dirinya. Sang peramal memperingatkannya agar pergi meninggalkan tanah airnya karena ia ditakdirkan untuk membunuh ayahnya. Maka pergilah Oedipus dari kerajaan yang disangkanya sebagai tanah airnya.

Dalam perjalanan, ia bertemu dengan rombongan dari kerajaan Thebes. Karena sesuatu hal ia mengamuk dan membunuh rombongan itu termasuk seorang tua yang sesungguhnya merupakan Raja Laius. Ramalan pertama telah terbukti. Namun Oedipus tidak mengetahuinya. Kemudian pergilah ia ke Thebes, yang sesungguhnya merupakan tanah airnya. Setelah berhasil memecahkan teka-teki sphinx yang memagari kota itu, ia kemudian masuk kota dan bahkan diangkat sebagai raja dan berhak menikah dengan Jocasta. Dia berkuasa bertahun-tahun lamanya dan berhasil membuat Thebes aman, damai, dan sejahtera. Oedipus sangat mencintai istrinya, pun begitu Jocasta. Hasil perkawinan dengan Jocasta, menghasilkan empat orang anak. Namun kemudian diketahui bahwa ternyata Oedipus adalah anak Jocasta. Akibatnya Jocasta bunuh diri karena kepedihan hatinya, sedangkan Oedipus menusuk kedua matanya sendiri lalu meninggalkan kerajaan.

Kisah kuno lain tentang cinta yang akan terus diingat orang, terutama oleh pemeluk agama Abrahamik (Yahudi, Kristen dan Islam) adalah kisah Yusuf. Diceritakan bahwa Yusuf adalah laki-laki tertampan di muka bumi. Oleh karena itu ibu angkatnya yang merupakan istri gubernur mesir jatuh cinta kepadanya. Sang ibu angkat berhasrat kepada Yusuf dan berusaha menggodanya. Berita itu kemudian tersebar ke seluruh kota dan membuat ibu angkat Yusuf merasa malu. Oleh karena itu diundanglah para istri pembesar kerajaan ke rumahnya. Ketika istri-istri pembesar sedang mengiris buah dengan pisau, Yusuf diminta keluar. Tatkala melihat Yusuf, istri-istri pembesar itu terpana dan tanpa sadar mengiris jari-jari mereka. Lalu Yusuf masuk ke dalam. Baru setelah itu istri-istri pembesar iu terpekik kesakitan menyadari jari tangannya teriris. Berkatalah ibu angkat Yusuf, “kalau kalian saja yang baru melihat sekali sampai mengiris tangan, bagaimana denganku yang melihatnya setiap hari?”

Masih dari Mesir, terdapat sebuah kisah cinta yang sangat terkenal yakni kisah cinta ratu Cleopatra dengan Marc Anthony. Ratu Cleopatra, kita tahu, merupakan wanita yang menurut kisah memiliki hidung tercantik didunia. Hidungnya pula yang membuat Marc Anthony tunduk. Namun berbeda dengan yang digambarkan dalam film-film yang menampilkan sosok Cleopatra yang ramping, disinyalir kuat dia sebenarnya bertubuh tambun. Hal itu disimpulkan dari temuan patung Cleopatra yang ternyata gemuk bukannya ramping. Adapun Marc Anthony adalah rekan Julius Caesar, sang kaisar Romawi, ketika menaklukan Mesir. Diceritakan bahwa Marc Anthony, demi cintanya kepada Cleopatra, rela memberontak kepada Julius Caesar. Akibatnya Julius Caesar marah dan menyerang Mesir. Lalu Marc Anthony dan Cleopatra bunuh diri bersama.

Pada masa kekaisaran Romawi, dipercaya bahwa pada saat itu adalah hal yang biasa apabila seorang kakak menikahi adiknya. Kaisar-kaisar Romawi diberitakan selalu menikahi saudara perempuannya. Hal itu dilakukan untuk terus dapat memurnikan darah raja. Dalam film pemenang piala oscar, ‘Gladiator’, yang diperankan Russel Crowe, terlihat bagaimana sang raja jatuh cinta dan ingin memperistri kakak perempuannya. Ia berkeinginan untuk menikahi kakaknya demi tujuan menjaga darah rajanya

Dari peradaban dunia kuno lainnya, India, muncul kisah-kisah cinta seperti yang terangkai dalam kitab kuno ‘Mahabbharata’ dan ‘Ramayana’. Misalnya didalam ‘Mahabharata’ terdapat kisah Arjuna dengan berbagai petualangan cintanya. Diceritakan bahwa Arjuna adalah seorang ksatria tampan namun mudah jatuh cinta. Oleh karena itu ia memiliki banyak istri yang tersebar dimana-mana. Sedangkan didalam ‘Ramayana’ terdapat kisah cinta Rama dan Sinta, yakni kisah pencarian Rama mencari Sinta yang diculik oleh raja raksasa, Rahwana.

Masih banyak kisah dari abad-abad kuno yang menceritakan kisah cinta. Semua itu membuktikan bahwa cinta telah menjadi perhatian manusia sejak ribuan tahun silam. Bahkan dalam mitologi Yunani-Romawi kuno ada dewa cinta yang disebut Amor. Hal itu membuktikan bahwa cinta telah mempengaruhi orang dari masa itu. Mereka ingin menjelaskan cinta yang dialami. Namun karena sedemikian kuatnya pengaruh cinta dalam kehidupan mereka, maka cinta dibawa ke dunia ilahiah, yakni dunia Dewa. Cinta dianggap sesuatu yang indah dan sakral, dan oleh karena itu pastilah ia berasal dari dunia Dewa.

Pada abad-abad masehi, kisah cinta semakin banyak bermunculan. Salah satu kisah cinta yang bentuk konkretnya dapat dilihat hingga sekarang adalah kisah Mumtaz Mahal dan Syah Jehan. Cinta mereka dimonumenkan dalam wujud bangunan megah yang dikenal sebagai Taj Mahal, di Agra, India. Saat ini Taj Mahal merupakan salah satu bangunan yang dikategorikan sebagai warisan dunia dan bahkan digolongkan sebagai keajaiban dunia.

Syah Jehan adalah sultan kelima dari kerajaan Islam Mughal di India. Ia menikah dengan Mumtaz Mahal yang bernama asli Arjanumd Banu Begam, pada tahun 1612. Dikisahkan bahwa Syah Jehan sangat mencintai istrinya. Ia tidak dapat tidur tanpa melihat istrinya terlebih dahulu. Namun sayangnya, pada tahun 1931, pada saat melahirkan anak ke-14, sang permaisuri meninggal. Sebagai bentuk penghormatan dan perwujudan rasa cintanya, Shah Jehan membangun Taj Mahal di tepi sungai Yamuna, Agra, India. Pembangunan itu berlangsung selama 23 tahun, dari tahun 1631 sampai 1653. Arsitekturnya dirancang oleh arsitek Iran terkemuka pada masa itu, Isa. Pembangunannya melibatkan 20.000 tenaga kerja dan 1000 ekor gajah pengangkut bangunan marmer.

Dari negeri sendiri, ada juga kisah cinta yang perwujudannya masih bisa dilihat saat ini dalam bentuk candi Prambanan, yakni kisah Loro Jonggrang dan Bandung Bandawasa. Diceritakan bahwa Bandung Bandawasa jatuh cinta pada Loro Jonggrang, namun Loro Jonggrang menolak. Sayangnya, Bandung Bandawasa merupakan orang sakti sehingga penolakan tidak mungkin disampaikan secara langsung. Oleh karena itu Loro Jonggrang meminta persyaratan berat pada Bandung untuk diterima, yakni membangun seribu candi selama semalam. Tapi dasar orang sakti, permintaan itu disanggupinya. Menjelang fajar, seribu candi yang diminta Loro Jonggrang hampir selesai. Loro Jonggrang pun was-was kalau benar-benar 1000 candi itu selesai dibangun sebelum pagi tiba. Ia lantas meminta penduduk untuk menumbuk padi di lesung agar ayam berkokok. Benarlah, ayam-ayam lalu berkokok. Bandung Bandawasa yang mengira hari sudah pagi sangat kesal. Ia merasa gagal. Padahal candi yang diselesaikannya sudah 999 buah. Namun pada akhirnya diketahui bahwa kokok ayam itu hanya akal-akalan Loro Jonggrang. Bandung sangat murka. Loro Jonggrang dikutuk jadi patung yang melengkapi candinya sehingga lengkap menjadi 1000 buah. Patung itu kemudian dikenal sebagai patung Pradnya Paramita, yang sampai saat ini masih bisa dilihat di candi Prambanan.

Cerita Loro Jonggrang mungkin tidak memiliki akar realitas, tapi setidaknya kisah itu menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia, khususnya Jawa telah menaruh perhatian terhadap cinta sejak lama. Kita tahu, beberapa etnik yang lain juga memiliki kisah cinta. Misalnya dari ranah minangkabau ada kisah cinta ‘cindur mato’. Dari tatar sunda ada kisah ‘sangkuriang’ yang memiliki kemiripan dengan kisah ‘oedipus sang raja’. Hampir setiap kebudayaan di dunia memiliki cerita rakyatnya sendiri mengenai cinta romantik.