Apakah kecerdasan emosi?

Kecerdasan emosi. Istilah itu sedemikian masif satu dekade belakangan ini. Puluhan buku diterbitkan untuk mengupasnya. Dipercaya bahwa kecerdasan emosi sangat menentukan kesuksesan seseorang. Bahkan ada yang menyatakan bahwa kecerdasan emosi lebih penting ketimbang kecerdasan intelektual. Jika kecerdasan intelektual relatif tergantung pada faktor genetika, maka kecerdasan emosi bisa dikembangkan secara terus menerus tanpa henti. Lalu, apakah sebenarnya kecerdasan emosi itu?

Peter Salovey dan John D. Meyer adalah orang yang pertama-tama mengenalkan istilah kecerdasan emosi. Mereka menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengerti emosi, menggunakan dan memanfaatkan emosi untuk membantu pikiran, mengenal emosi dan pengetahuan emosi, dan mengarahkan emosi secara reflektif sehingga menuju pada pengembangan emosi dan intelektualitas. Menurut mereka, terdapat empat tahapan keterampilan emosi untuk mencapai kecerdasan emosi. Masing-masing dari empat tahapan kecerdasan emosi itu memiliki empat hal. Berikut penjelasannya masing-masing.

Tahap 1. Persepsi, penilaian, ekspresi emosi
Tahap pertama ini terdiri dari empat hal :
- Mampu mengenal emosi secara fisik, rasa, dan pikir. Artinya seseorang mampu mengenali emosi yang terwujud dalam ekspresi fisik, dalam perasaan yang dirasakan, dan yang ada dalam pikiran.
- Mampu mengenal emosi pada orang lain, desain, karya seni dan lainnya melalui bahasa, bunyi, penampilan dan perilaku. Artinya, selain mampu mengenali emosi orang lain, juga mampu mengenali emosi yang tergambar dalam sebuah cerita atau musik, mengenali emosi yang diekspresikan tokoh dalam lukisan dan lainnya.
- Mampu mengekspresikan emosi secara tepat dan menunjukkan kebutuhan yang terkait dengan perasaannya.
- Mampu membedakan ekspresi perasaan yang tepat dan yang tidak tepat, antara jujur dan yang tidak jujur. Seseorang tahu bahwa ekspresi emosinya jujur atau tidak. Juga tahu orang lain jujur atau tidak. Begitu juga tahu apakah emosinya dalam suatu situasi tepat atau tidak. Misalnya tahu bahwa dalam upacara pernikahan tidaklah tepat jika bersedih.

Tahap 2. Fasilitasi emosi untuk berpikir
Tahap kedua ini terdiri dari empat hal , yaitu :
- Emosi memberikan prioritas pada pikiran dengan mengarahkan perhatian pada informasi yang penting. Misalnya menghindar bahaya lebih penting karena itu takut datang.
- Emosi cukup jelas dan tersedia sehingga emosi tersebut dapat digunakan sebagai bantuan untuk menilai dan sebagai ingatan yang berhubungan dengan rasa.
- Perubahan emosi mengubah perspektif individu dari optimis menjadi pesimis, mendorong untuk mempertimbangkan berbagai pandangan.
- Emosi mendorong adanya pembedaan pendekatan khusus dalam pemecahan masalah. Misalnya saat bahagia akan mendorong lebih kreatif.

Tahap 3. Pengertian dan penguraian emosi; penggunaan pengetahuan emosi.
Tahap ketiga ini terdiri dari empat hal, yaitu:
- Mampu memberikan label emosi dan mengenal hubungan antara berbagai kata dan emosi itu sendiri. Misalnya hubungan antara
- Mampu untuk mengartikan bahwa emosi berkaitan dengan hubungan. Misalnya marah terkait dengan gangguan, sedih terkait dengan kehilangan, takut terkait dengan ancaman, dan lainnya.
- Mampu mengerti rasa yang kompleks. Misalnya mampu memahami terdapatnya campuran rasa, ada cinta, cemburu, benci sekaligus, lalu antara terkejut dan takut, dan lainnya.
- Mampu mengenali perpindahan diantara emosi. Misalnya dari rasa bangga menjadi malu, dari rasa bahagia menjadi sedih, dari rasa tersinggung menjadi rasa kagum.

Tahap 4. Pengarahan reflektif emosi untuk mempromosikan pengembangan emosi dan intelektual
Tahap terakhir ini juga terdiri dari empat hal, yaitu :
- Mampu untuk tetap terbuka untuk rasa menyenangkan maupun tidak menyenangkan
- Mampu melibatkan diri atau menarik diri secara reflektif dari suatu emosi dengan mendasarkan pada pertimbangan adanya informasi atau kegunaan
- Mampu memantau emosi secara reflektif dalam hubungan dengan diri sendiri dan orang lain.
- Mampu mengelola emosi dalam diri sendiri dan orang lain dengan mengurangi emosi negatif dan memperbesar emosi positif, tanpa menambahkan atau melebih-lebihkan informasi yang menyertainya.