Oleh Achmanto Mendatu
Cemburu membuat kita menjaga kelekatan dan keterikatan dengan seseorang yang kita nilai berharga. Kecemburuan mengandung pesan bahwa “dia sangatlah penting bagi kita” itulah kenapa objek cemburu biasanya sangat disanjung dan dipuja. Akan tetapi cemburu seringkali dicap sebagai sesuatu yang buruk karena dapat dengan mudah membuat orang yang cemburu melakukan tindakan-tindakan yang tidak benar.
Bila seseorang percaya bahwa kelekatannya dengan seseorang adalah hak mutlaknya, (yang memberikan orang lain tidak memiliki hak untuk membubarkan kelekatan itu), kecemburuan dapat menjadi kejam. Cemburu bisa juga tidak realistis, seperti ketika pasangan kita diantar orang lain atau kekasih kita memakai pakaian yang menarik, lalu kita menafsirkannya sebagai ancaman terhadap hubungan.
Begitu kita terlibat dalam suatu hubungan cinta, kita akan mengeksklusifkan hubungan itu hanya antara si dia dan diri kita. Akibatnya bila ada pihak lain yang dirasakan akan mengganggu hubungan maka muncullah keterbangkitan emosi yang disebut cemburu. Semakin serius dan eksklusif hubungan itu, maka kecemburuan juga cenderung meningkat (Dugosh, 2000). Jadi intensitas kecemburuan seseorang yang baru pacaran sangat mungkin lebih rendah bila dibandingkan dengan seseorang yang sudah tunangan. Sudah jamak banyak yang mengeluh bahwa dulu pada awal-awal pacaran kekasihnya tidak cemburuan, tapi justru setelah sekian tahun pacaran menjadi sangat pencemburu.
Kita juga cemburu bila ada yang mengancam harga diri kita. Umumnya orang yang cemburu harga dirinya menurun. Kekasih dan hubungan cinta merupakan salah satu sumber harga diri. Bila dirasakan ada ancaman terhadap sumber harga diri itu dimana ada potensi untuk kehilangan maka muncullah respon cemburu. Potensi kehilangan bisa secara emosional (pasangan mencintai orang lain) maupun secara perilaku (pasangan melakukan hubungan seksual dengan orang lain).
Ada tipe kepribadian tertentu yang membuat seseorang menjadi lebih pencemburu. Orang yang memiliki tipe kepribadian egoistik, cenderung mementingkan diri sendiri, ambisius, dan berpandangan sempit umumnya lebih pencemburu. Orang yang memiliki tipe cinta passionate love juga memiliki kecemburuan yang tinggi. Mereka sangat mudah cemburu dan meledak-ledak sehingga sangat mempengaruhi pikiran dan perasaannya, serta perilakunya menjadi negatif. Demikian juga orang yang memiliki tipe kelekatan anxious/ambivalent umumnya sangat pencemburu.
Cemburu merupakan emosi yang dikontruksi secara sosial, artinya bahwa situasi timbulnya cemburu telah ditentukan secara kultural. Oleh karena itu ada perbedaan situasi yang menimbulkan cemburu diantara budaya-budaya yang berbeda. Dalam budaya Amerika, memegang lengan orang yang sudah menikah mungkin tidak akan membangkitkan kecemburuan, akan tetapi di Indonesia hal itu mengundang kecemburuan yang besar.
Sudah tentu kita memiliki panduan moral mengenai cemburu, sebagaimana semua bentuk emosi lainnya. Misalnya, kecemburuan pada anak karena menyita waktu pasangan kita sesuatu yang kurang diterima. Lalu kecemburuan kita pada kekasih kita karena harus sering menjenguk orang tuanya juga sesuatu yang kurang diterima.
Cemburu membuat kita menjaga kelekatan dan keterikatan dengan seseorang yang kita nilai berharga. Kecemburuan mengandung pesan bahwa “dia sangatlah penting bagi kita” itulah kenapa objek cemburu biasanya sangat disanjung dan dipuja. Akan tetapi cemburu seringkali dicap sebagai sesuatu yang buruk karena dapat dengan mudah membuat orang yang cemburu melakukan tindakan-tindakan yang tidak benar.
Bila seseorang percaya bahwa kelekatannya dengan seseorang adalah hak mutlaknya, (yang memberikan orang lain tidak memiliki hak untuk membubarkan kelekatan itu), kecemburuan dapat menjadi kejam. Cemburu bisa juga tidak realistis, seperti ketika pasangan kita diantar orang lain atau kekasih kita memakai pakaian yang menarik, lalu kita menafsirkannya sebagai ancaman terhadap hubungan.
Begitu kita terlibat dalam suatu hubungan cinta, kita akan mengeksklusifkan hubungan itu hanya antara si dia dan diri kita. Akibatnya bila ada pihak lain yang dirasakan akan mengganggu hubungan maka muncullah keterbangkitan emosi yang disebut cemburu. Semakin serius dan eksklusif hubungan itu, maka kecemburuan juga cenderung meningkat (Dugosh, 2000). Jadi intensitas kecemburuan seseorang yang baru pacaran sangat mungkin lebih rendah bila dibandingkan dengan seseorang yang sudah tunangan. Sudah jamak banyak yang mengeluh bahwa dulu pada awal-awal pacaran kekasihnya tidak cemburuan, tapi justru setelah sekian tahun pacaran menjadi sangat pencemburu.
Kita juga cemburu bila ada yang mengancam harga diri kita. Umumnya orang yang cemburu harga dirinya menurun. Kekasih dan hubungan cinta merupakan salah satu sumber harga diri. Bila dirasakan ada ancaman terhadap sumber harga diri itu dimana ada potensi untuk kehilangan maka muncullah respon cemburu. Potensi kehilangan bisa secara emosional (pasangan mencintai orang lain) maupun secara perilaku (pasangan melakukan hubungan seksual dengan orang lain).
Ada tipe kepribadian tertentu yang membuat seseorang menjadi lebih pencemburu. Orang yang memiliki tipe kepribadian egoistik, cenderung mementingkan diri sendiri, ambisius, dan berpandangan sempit umumnya lebih pencemburu. Orang yang memiliki tipe cinta passionate love juga memiliki kecemburuan yang tinggi. Mereka sangat mudah cemburu dan meledak-ledak sehingga sangat mempengaruhi pikiran dan perasaannya, serta perilakunya menjadi negatif. Demikian juga orang yang memiliki tipe kelekatan anxious/ambivalent umumnya sangat pencemburu.
Cemburu merupakan emosi yang dikontruksi secara sosial, artinya bahwa situasi timbulnya cemburu telah ditentukan secara kultural. Oleh karena itu ada perbedaan situasi yang menimbulkan cemburu diantara budaya-budaya yang berbeda. Dalam budaya Amerika, memegang lengan orang yang sudah menikah mungkin tidak akan membangkitkan kecemburuan, akan tetapi di Indonesia hal itu mengundang kecemburuan yang besar.
Sudah tentu kita memiliki panduan moral mengenai cemburu, sebagaimana semua bentuk emosi lainnya. Misalnya, kecemburuan pada anak karena menyita waktu pasangan kita sesuatu yang kurang diterima. Lalu kecemburuan kita pada kekasih kita karena harus sering menjenguk orang tuanya juga sesuatu yang kurang diterima.