Tidur... kenapa kita tidur?

Oleh Achmanto Mendatu
-
Apakah arti tidur?

Kita semua tahu yang dimaksud tidur. Tanpa kecuali, setiap orang pasti melakukannya. Mulai dari bayi baru lahir sampai lanjut usia, dari yang normal sampai yang memiliki cacat tubuh, dari yang jiwanya sehat sampai yang mengalami sakit jiwa, semuanya tidur. Bahkan para ilmuwan menemukan fakta mengejutkan, yakni manusia dapat bertahan hidup lebih lama tanpa makanan daripada tanpa tidur. Pun ternyata tidur bukan monopoli manusia semata. Semua jenis mamalia, reptil dan burung memiliki ritme tidur dalam hidupnya.

Tidur sangat penting bagi manusia. Jika tidak, tentunya tidur tidak harus kita lakukan. Fakta bahwa manusia harus tidur menunjukkan betapa pentingnya arti tidur. Berapa lama anda mampu bertahan tanpa tidur? Anda boleh menguji daya tahan diri anda, tapi ingat, tanpa makanan anda bertahan hidup lebih lama daripada tanpa tidur. Batas maksimal tanpa tidur yang tercatat sejauh ini adalah 264 jam, atau sekitar 11 hari. Tanpa makanan anda bisa bertahan sekitar 40 hari. Adapun tanpa minuman, anda bisa bertahan sekitar 3 hari. Apabila diurutkan, berturut-turut paling vital dalam hidup manusia adalah udara, cairan, tidur, dan makanan. Udara menduduki peringkat pertama karena beberapa menit tanpa udara manusia sudah tidak dapat bertahan hidup. Sedangkan tidur menduduki peringkat ke 3.

Percaya atau tidak, kita menghabiskan banyak waktu untuk tidur. Hitung saja, jika rata-rata seseorang tidur 8 jam sehari, itu artinya sudah 1/3 hari digunakan untuk tidur. Jadi kalau anda telah berumur 30 tahun, maka sekurang-kurangnya 10 tahun telah anda habiskan dalam tidur. Bayangkan apa saja yang bisa anda lakukan dalam 10 tahun? Tentunya banyak sekali. Tapi faktanya 10 tahun itu hanya anda habiskan untuk tidur.

Apa sesungguhnya tidur? Tidak mudah menemukan definisi yang tepat mengenai tidur. Ada yang mengatakan mereka yang tidur biasanya tidak menunjukkan perhatian pada lingkungan sekitar dan biasanya tidak melakukan pergerakan. Pada saat tidur, seseorang akan mengabaikan apapun yang terjadi disekitarnya. Namun tidaklah benar jika dalam tidur tidak melakukan pergerakan karena ada saja orang yang berjalan dalam tidur (‘nglindur’ dalam istilah jawa). Pada beberapa binatang, pergerakan yang terjadi malah lebih ekstrim. Lumba-lumba dan mamalia air masih tetap berenang ketika tidur. Demikian juga beberapa jenis burung yang melakukan perjalanan jarak jauh, bisa tidur ketika terbang di angkasa dalam melakukan perjalanan tersebut. Misalnya burung albatros, yang secara rutin melakukan perjalanan terbang tanpa henti sejauh puluhan ribu kilometer dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan pada saat pergantian musim, tetap terbang meski dalam keadaan tidur.

Banyak orang bertanya-tanya, apakah tidur itu termasuk kesadaran atau ketidaksadaran. Kita tahu bahwa kesadaran adalah keadaan dimana persepsi, pikiran, perasaan, dan ingatan seseorang aktif. Pada saat tidur, manusia tetap berpikir seperti halnya ketika bermimpi. Meski tentu saja berpikir saat jaga dan saat tidur berbeda. Ingatan seseorang juga tetap bekerja selama tidur seperti terlihat dari fakta kita mengingat mimpi-mimpi yang kita alami. Ketika tidur, seseorang tetap peka dengan rangsangan dari luar, misalnya suara gaduh atau disiram air bisa membangunkan seseorang yang tidur. Oleh karena itu tidur digolongkan sebagai kesadaran.

Lalu apa definisi tidur? Sebagai acuan, tidur bisa diartikan sebagai bagian dari periode alamiah kesadaran yang terjadi ketika tubuh direstorasi (diperbaiki) yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal. Secara otomatis, otak kita memprogram untuk tidur begitu gelap datang dan terbangun ketika terang tiba. Pun kita bisa tidur kapan saja, baik karena mengantuk ataupun dipengaruhi obat-obatan.

Mengapa manusia harus tidur?

Fakta bahwa manusia dapat bertahan hidup lebih lama tanpa makanan daripada tanpa tidur menunjukkan bahwa tidur memiliki peranan vital dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu banyak penelitian telah dilakukan untuk memahami fenomena tidur. Salah satunya adalah mengenai sebab-sebab mengapa manusia harus tidur. Namun setelah puluhan tahun penelitian diadakan, sampai saat ini para ilmuwan tetap belum sepakat mengenai sebab-sebabnya.

Salah satu teori yang dikemukakan para ilmuwan untuk menjelaskan sebab-sebab manusia harus tidur adalah teori restorasi. Teori tersebut berpandangan bahwa tidur diperlukan untuk mengisi ulang pikiran dan perbaikan tubuh yang dihabiskan selama keadaan kita aktif dalam kehidupan keseharian. Teori ini bisa dianalogikan dengan motor. Kita tahu apabila motor dipakai terus menerus namun tidak diperbaiki ke bengkel secara teratur, maka motor secara bertahap akan mengalami kerusakan yang makin lama akan makin parah. Oleh karena itu setelah pemakaian sampai kilometer tertentu, motor harus di reparasi, ganti pelumas, dan mungkin di ganti komponen-komponen yang rusak. Demikian juga dengan otak dan tubuh kita. Diperlukan suatu perbaikan atau restorasi otak dan kerja organ tubuh lainnya agar bisa terus berfungsi optimal.

Berdasarkan teori restorasi, sekurangnya ada 6 hal yang diduga kuat merupakan sebab dari mengapa manusia harus tidur :
1. Perbaikan sel otak. Dengan tidur, otak berkesempatan untuk istirahat dan memperbaiki neuron-neuron (sel-sel otak) yang rusak. Tidur juga berperan menyegarkan kembali koneksi penting antar sel-sel otak yang kurang digunakan. Hal ini bisa dianalogikan kembali dengan motor. Apabila motor jarang digunakan maka tetap harus dipanaskan secara rutin untuk menjaga kinerja mesin agar tetap baik. Apabila tidak dipanaskan, aliran pelumas, aliran bahan bakar, putaran mesin, dan lainnya bisa berjalan tidak benar yang bisa menyebabkan kerusakan seluruh mesin. Hal yang sama terjadi pada otak. Ada koneksi-koneksi antar sel otak yang jarang digunakan yang memerlukan pemanasan secara rutin. Bentuk pemanasan otak bagi manusia berupa tidur.

2. Penyusunan ulang memori. Tidur memberikan kesempatan kepada otak untuk menyusun kembali data-data atau memori agar bisa menemukan solusi terhadap sebuah masalah. Pada saat merasa pusing dan tidak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi suatu masalah, tidurlah, sangat mungkin setelah tidur solusi dalam memecahkan yang anda hadapi akan ditemukan.

3. Penghematan energi. Tidur menghasilkan rata-rata metabolisme tubuh dan konsumsi energi yang rendah. Oleh karena itu apabila seseorang kurang cukup makan atau memiliki asupan energi yang sedikit, maka tidur menjadi alternatif karena tidak banyak mengeluarkan energi.

4. Sistem kardiovaskular atau peredaran darah berisitirahat selama tidur. Peneliti menemukan bahwa orang dengan tekanan darah normal atau tinggi akan berkurang 20-30% tekanan darahnya, dan berkurang 10-20% denyut jantungnya.

5. Perbaikan enzim dan otot-otot tubuh. Selama tidur sel-sel otot tubuh yang rusak atau tua digantikan oleh sel-sel baru. Proses penyembuhan cedera lebih cepat dalam keadaan tidur.

6. Produksi hormon. Banyak hormon diproduksi dalam darah selama tidur. Misalnya hormon pertumbuhan pada anak-anak dan remaja, yakni hormon luteinizing yang berperan dalam pencapaian pubertas atau kematangan dan proses reproduksi dihasilkan ketika tidur.

Teori lain yang dikemukakan para ahli adalah teori adaptasi non-respon. Teori ini muncul dari paradigma teori evolusioner. Tidur dianggap sebagai upaya untuk mempertahankan hidup atau survival. Sejak jaman purba diketahui bahwa banyak binatang pemangsa mencari mangsa bergerak di malam hari. Oleh karena itu tidur pada malam hari membuat nenek moyang manusia jaman purba terhindar dari pemangsa. Kebiasaan ini terekam dalam DNA manusia yang selanjutnya diwariskan secara turun menurun sampai sekarang.

Berapa banyak waktu ideal yang diperlukan untuk tidur?

Banyaknya waktu tidur yang diperlukan seseorang tergantung pada banyak faktor, diantaranya usia, kesehatan, daya tahan fisik, dan aktivitas mental. Secara umum, bayi yang baru lahir memerlukan tidur sekitar 16 jam sehari. Pada usia 6 bulan setelah kelahiran, waktu tidur menurun menjadi sekitar 13 jam sehari. Remaja memerlukan rata-rata waktu tidur sekitar 9 jam sehari. Sedangkan kebanyakan orang dewasa memerlukan tidur rata-rata 7-8 jam sehari. Tentu saja banyak orang yang tidur diluar waktu ideal tersebut. Ada yang tidur lebih lama atau lebih sedikit dari waktu ideal yang diperlukan untuk tidur.

Sebuah penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas California San Diego bekerjasama dengan perkumpulan Masyarakat Kanker Amerika (American Cancer Society) menunjukkan adanya hubungan antara waktu tidur dan tingkat kematian. Dipublikasikan tahun 2002 dalam jurnal Archives of General Psychiatry, mereka menemukan bahwa seseorang yang tidur antara 6-7 jam sehari memiliki rata-rata tingkat kematian paling rendah. Adapun angka rata-rata harapan hidup terbaik ada pada mereka yang tidur selama 7 jam sehari.

Seseorang yang tidur 8 jam atau lebih dan atau kurang dari 4 jam pada malam hari menunjukkan peningkatan signifikan rata-rata tingkat kematian dibandingkan dengan mereka yang tidur 6-7 jam sehari. Mereka yang tidur 8 jam sehari, 12 % lebih tinggi resiko kematiannya dalam 6 tahun dibandingkan dengan mereka yang tidur 7 jam sehari. Mereka yang tidur kurang dari 5 jam sehari hidup lebih lama daripada mereka yang tidur 8 jam atau lebih dalam sehari. Penelitian selama 6 tahun yang melibatkan 1,1 juta subjek penelitian berumur antara 30-102 tahun tersebut menunjukkan kepada kita bahwa tingkat tidur paling ideal bagi orang dewasa adalah 6-7 jam sehari, dimana 7 jam sehari adalah yang terbaik. Tidur selama itu diharapkan bisa mengurangi resiko kematian. Sebaliknya penelitian tersebut memperingatkan kita agar jangan tidur lebih dari 8 jam sehari atau kurang dari 4 jam sehari sebab mempertinggi resiko kematian.

Penelitian lain di Jepang yang melibatkan 104,010 partisipan yang terdiri dari 43,852 laki-laki dan 60,158 perempuan dengan rentang umur 40-79 tahun, oleh oleh Dr. Akiko Tamakoshi dan Dr. Yoshiyuki Ohno menunjukkan hal serupa. Sebagaimana dipublikasikan dalam Jurnal Sleep dengan judul ‘Self-Reported Sleep Duration as a Predictor of All-Cause Mortality: Results from the JACC Study, Japan’, durasi tidur selama 7 jam pada malam hari memiliki resiko kematian paling rendah. Diketahui juga bahwa ternyata laki-laki tidur lebih lama dibanding perempuan dan orang yang lebih tua tidur lebih lama daripada yang lebih muda.

Bagaimana dengan waktu tidur binatang? Waktu tidur setiap binatang bervariasi. Anjing rata-rata tidur selama 10,1 jam sehari. Kucing rata-rata tidur 12,5 jam sehari. Opossum memiliki rata-rata waktu tidur 18 jam sehari. Gajah memiliki rata-rata waktu tidur 3 jam sehari. Rupanya semakin besar tubuhnya maka waktu tidur semakin pendek. Dimungkinkan karena binatang yang lebih besar memiliki rata-rata penggunaan otak, metabolisme dsan temperatur tubuh yang lebih rendah sehingga hanya diperlukan waktu lebih sedikit untuk tidur.

Benarkah ada hutang tidur?

Didin seorang pekerja keras. Ia bekerja untuk perusahaannya nyaris tanpa kenal waktu. Pada hari kerja tidurnya kurang dari 4 jam di malam hari. Ia melunasi hutang tidur pada saat hari libur tiba. Pada hari sabtu ia akan tidur sepanjang hari. “tidur sepanjang hari di hari libur sudah berhasil mengembalikan kondisiku menjadi fit, dan siap bertarung untuk minggu berikutnya”, demikian pengakuannya.

Sedikit berbeda dengan Didin, Eko percaya tidur yang baik adalah 7 jam sehari. Oleh karena itu jika pada hari senin hanya tidur 5 jam, maka ia akan memperpanjang tidurnya pada hari selasa menjadi 10 jam. Ia mengakui pentingnya tidur. Oleh karena itu ia sangat memperhatikan waktu tidur. Tidur dianggap seperti uang. Jika kurang dari 7 jam maka dianggap berhutang yang berarti harus dilunasi esoknya.

Benarkah pendapat kedua orang itu? Jim Horne, salah seorang peneliti tidur paling terkemuka mengatakan bahwa hutang tidur hanyalah mitos. Pada kenyataannya orang yang mengalami kekurangan tidur sangat serius, paling hanya membutuhkan tidur normal dimalam hari selama 2 atau 3 kali saja untuk kembali normal. Jika selama 5 hari berturut-turut kekurangan tidur selama 2 jam, maka pada hari ke 6 tidak diperlukan tidur tambahan sebanyak 10 jam. Cukup dengan tidur normal pada hari ke 6 maka kondisi tubuh akan kembali normal.

Orang Inuit, yang merupakan salah satu suku eskimo di kutub utara tidur 14 jam sehari pada saat musim dingin dan 6 jam sehari pada saat musim panas. Pada musim panas mereka tidak menemui masalah kekeurangan tidur meskipun terdapat selisih jam tidur sebanyak 8 jam sehari. Jadi yang terpenting tetap tidur dengan waktu normal di malam hari sebagai pengganti waktu tidur yang kurang normal dihari-hari sebelumnya.

Meskipun hutang tidur lebih mirip mitos, namun harus diperhatikan bahwa jika mengalami kekurangan waktu tidur secara terus menerus dalam jangka lama, berbagai efek negatif akan menimpa, seperti kelelahan serta penurunan kemampuan belajar. Jadi tetap lebih baik tidur secara normal.

Mengapa atlet harus tidur cukup?

Apabila anda penggemar sepakbola, anda tentu cukup familiar dengan peraturan ketat di klub-klub sepakbola yang melarang pemainnya begadang. Bahkan ada ancaman denda bagi yang melanggarnya. Peraturan itu bukan tanpa dasar. Dipercaya bahwa tidur sangat mempengaruhi performa pemain di lapangan.

Seorang pemain sepakbola, demikian juga atlet dalam bidang lainnya, memerlukan yang namanya kewaspadaan-psikomotor (psychomotor vigilance), yakni kesiapsiagaan dan kemampuan untuk melakukan berbagai tugas-tugas mental. Kewaspadaan ini mencakup reaksi yang cepat dan perhatian tanpa henti terhadap permainan. Bayangkan jika seorang pemain sepakbola tidak memiliki reaksi yang cepat, tidak lucu jika harus berpikir lama hanya untuk menentukan arah bola hendak ditendang.

Kewaspadaan-psikomotor dipengaruhi oleh tidur. Saat terjaga setiap orang mengalami tekanan fisik dan mental yang tinggi. Tidur berperan menyeimbangkannya dengan penurunan tekanan sehingga mencapai tekanan yang rendah. Siklus itu alamiah terjadi dan telah diatur oleh jam biologis manusia. Seseorang hanya bisa melampaui tekanan fisik dan mental yang tinggi jika cukup beristirahat dalam kondisi tekanan fisik dan mental yang rendah. Oleh karenanya apabila kurang tidur, maka kewaspadaan-psikomotor saat terjaga juga akan sangat rendah. Artinya performa atlet di lapangan juga akan rendah. Tidak heran jika batasan jam tidur selalu dibuat. Penelitian juga menunjukkan apabila seorang atlet dibiarkan tidur sampai benar-benar terlelap dan cukup, maka mood, tingkat energi dan perasaan sejahtera meningkat tajam. Hal tersebut tentu sangat berguna dalam menghadapi pertandingan. Kombinasi dari kewaspadaan-psikomotor, mood, tingkat energi yang tinggi dan perasaan sejahtera atau bahagia akan membuat seorang atlet mencapai performa puncak di lapangan