Anak-anak jujur?

Achmanto Mendatu
-

Dengarlah perkataan anak-anak, merekalah satu-satunya yang dapat dipercaya karena hanya mereka yang pasti menyampaikan kebenaran. Tidak ada kebohongan pada diri anak-anak. Semua yang dikatakannya jujur semata. Benarkah?

Pada saat masih sangat muda, sekitar umur 3 tahunan, seorang anak berbohong karena tidak bisa membedakan mana yang fantasi dan mana yang berupa kebenaran. Pada umur itu, anak-anak juga biasa melupakan apa yang telah dilakukan. Sekitar umur 5 atau 6 tahunan, anak-anak mulai bisa membedakan mana yang merupakan fantasi dan mana yang kenyataan sesungguhnya. Pada umur ini, anak mulai belajar apa yang disetujui dan apa yang tidak disetujui orangtuanya. Selain itu seorang anak juga mulai membangun rasa bersalah jika melakukan tindakan yang tidak semestinya. Pada saat inilah dimungkinkan bohong dilakukan seorang anak untuk menghindari ketidaksetujuan orangtua atau hukuman. Misalnya karena orangtuanya selalu memarahi bila merusak sesuatu, maka ketika memecahkan gelas sang anak berbohong. Jika mengakui memecahkan gelas, sang anak khawatir bakal mendapatkan kesulitan. Umur 5-6 tahunan juga merupakan umur dimana seorang anak ingin mendapatkan perhatian lebih dari orangtuanya. Oleh karena itu salah satu strategi untuk menarik perhatian adalah dengan berbohong.

Sekitar umur 7-8 tahunan, kebanyakan anak telah belajar membedakan yang kenyataan dan yang berupa fantasi. Umumnya alasan berbohong pada umur ini adalah untuk menghindari hukuman jika berkata jujur atau untuk menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan. Pada umur ini, seorang anak juga mulai belajar tentang kesopanan. Mereka mulai bisa berpura-pura menyukai sesuatu yang tidak disukainya. Misalnya ada tetangga memberikan kue, maka akan dibilang sangat enak meskipun tidak menyukai kue itu. Salah satu yang paling menarik mengenai bohong anak-anak pada usia ini adalah bohong menangis untuk membantu temannya yang diganggu teman yang lain. Tangisan membuat kejadian itu diperhatikan orang. Ini artinya bohong digunakan untuk membantu.

Pada saat beranjak remaja, kebohongan biasanya dilakukan untuk melindungi privasi, membangun independensi, dan menghindari kebingungan. Selain itu bisa jadi bohong dilakukan untuk mendapatkan sesuatu yang tidak bisa didapatkan jika mengatakan kebenaran. Misalnya meminta uang untuk membeli mainan tidak akan diberi, tapi meminta uang untuk membeli buku akan diberi. Oleh sebab itu mereka meminta uang pada orangtua untuk membeli mainan meski sebenarnya untuk membeli buku.

Berbohong pada anak-anak sebenarnya bukan sesuatu yang sangat serius kecuali jika menjadi kebiasaan atau kompulsif (berulang terus menerus). Namun jika dibiarkan maka anak akan kesulitan ketika bergaul dengan teman-temannya di sekolah ataupun di lingkungan permainan, yang selanjutnya akan menimbulkan masalah lebih parah pada saat tumbuh dewasa. Oleh karena itu sejak dini orangtua harus memberikan pelajaran kejujuran pada anak.

Memberikan hukuman atas kebohongan yang dilakukan anak cenderung malah merugikan karena sang anak berbohong untuk menghindari hukuman. Sehingga malah mungkin meningkatkan kebohongan yang dilakukan pada masa mendatang ketimbang menurunkannya, karena anak belajar bahwa akan dihukum bila ketahuan tapi tidak akan dihukum bila tidak ketahuan. Akibatnya anak akan lebih berusaha agar tidak ketahuan berbohong. Lebih baik membicarakan dari hati ke hati apa akibat-akibat apabila tidak jujur. Diharapkan itu akan menekan ketidakjujuran anak.

Beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua untuk melatih kejujuran anak :
1. Selalu menerangkan dan meminta maaf jika tidak menepati janji
2. Jika kedapatan berbohong di muka anak, akuilah, dan jelaskan alasannya
3. Jangan mengatakan kebohongan untuk mendapatkan persetujuan anak
4. Jangan memberikan terlalu banyak aturan pada anak
5. Jangan terlalu sering memberikan hukuman pada anak
6. Jangan langsung marah jika anak melakukan kebohongan, tanyakan dulu mengapa