Penyembuhan psi atau penyembuhan jarak jauh

Barangkali tidak ada yang lebih ajaib dalam fenomena psi, selain penyembuhan psi atau penyembuhan jarak jauh. Seseorang dianggap memiliki kemampuan untuk menyembuhkan seseorang yang sedang sakit tanpa ada intervensi medik apapun. Paling banter, penyembuh hanya menyentuh tubuh si sakit, misalnya dengan menggenggam tangan si sakit. Salah satu bentuk penyembuhan psi adalah berdoa. Kadangkala, penyembuh malah tidak melihat si pasien karena pasien berada terpisah jauh dengannya. Hal tersebut dikenal dengan istilah penyembuhan jarak jauh.

“Berkat doa Anda semua, maka saya sembuh!” demikian ucap seseorang yang baru sembuh dari sakit. Jika ucapan itu bukan basa-basi, tentu si sakit mengakui bahwa ada kekuatan psi yang telah bekerja menyembuhkan dirinya melalui doa-doa yang dipanjatkan orang-orang untuknya.

Bentuk ekstrim dari penyembuhan psi adalah pembedahan psi. Tanpa pembedahan tubuh, tanpa infeksi, tanpa pendarahan, sesuatu yang ada dalam tubuh bisa dikeluarkan. Praktek semacam itu banyak diiklankan di media massa. Misalnya iklan dari paranormal yang bisa menyembuhkan tumor rahim tanpa pembedahan.

Penyembuhan psi atau jarak jauh merupakan bagian dari psikokinesis, yakni memanipulasi benda-benda atau materi dengan kekuatan pikiran atau psi. Sang penyembuh mampu mempengaruhi sistem biologis pasien. Dalam parapsikologi, kemampuan psikokinetik untuk mempengaruhi organisme hidup disebut dengan istilah bio-pk. Selain untuk penyembuhan, yang lain diantaranya adalah mempercepat pertumbuhan biji, mempercepat pertumbuhan bakteri, mengurangi rasa sakit, dan lainnya.

Banyak eskperimen dilakukan untuk membuktikan keberadaan bio-pk. Salah satu eskperimen bio-pk dengan binatang, dilakukan oleh Bernard Grad dari McGill University, Amerika Serikat. Ia berusaha mencari tahu apakah benar seseorang lewat kemampuan psi-nya bisa menyembuhkan binatang. Ia mengumpulkan 300 tikus yang sengaja dilukai melalui pembedahan dan secara acak dibagi ke dalam tiga kelompok. Kelompok tikus pertama, coba diobati oleh Oscar Esteban (penyembuh yang sama yang melakukan praktek penyembuhan pada eksperimen Krieger). Kelompok tikus kedua, coba diobati oleh mahasiswa kedokteran yang skeptis terhadap praktek tersebut. Sedangkan kelompok ketiga tidak diperlakukan apa-apa.

Hasilnya, kelompok pertama yang dicoba disembuhkan Oscar mengalami penyembuhan jauh lebih cepat dibanding kelompok kedua dan ketiga. Sedangkan kelompok kedua, malahan menghasilkan kondisi tikus yang lebih buruk dibandingkan kelompok ketiga yang tidak diberi perlakuan apa-apa.

Eksperimen kasus penyembuhan psi yang paling dikenal luas adalah yang dilakukan oleh Krieger pada pasien di rumah sakit. Ia berpikir bahwa mungkin penyembuh psi membantu pasien meningkatkan vitalitasnya secara umum, seperti misalnya kemampuan tubuh melawan penyakit. Nah, karena vitalitas tubuh terkait dengan metabolisme dan konsumsi oksigen, yang bisa diketahui secara objektif dari tingkat hemoglobin dalam sel darah, maka di ambillah sampel darah dari masing-masing pasien, baik sebelum atau sesudah penyembuhan psi, untuk menentukan apakah ada perubahan signifikan sebagai hasil dari penyembuhan psi.

Penyembuh psi yang diminta melakukan praktek penyembuhan pada pasien adalah Oscar Estebany, orang Hongaria, yang memiliki reputasi penyembuhan psi dengan menyentuhkan tangannya pada pasien. Ia melakukan praktek penyembuhan terhadap 49 orang pasien, yang menderita beragam penyakit. Sementara itu, Krieger memilih 29 pasien dengan masalah medik yang sama sebagai kelompok kontrol, yang tidak menerima praktek penyembuhan.

Setelah membandingkan kelompok eksperimen (49 pasien yang coba disembuhkan Oscar) dengan kelompok kontrol (29 pasien yang tidak disembuhkan Oscar), hasilnya mendukung pendapat bahwa penyembuhan psi memiliki efek terhadap vitalitas tubuh. Kelompok eksperimen memiliki tingkat hemoglobin yang meningkat jauh lebih tinggi ketimbang kelompok kontrol. Kondisi kelompok eksperimen juga memiliki keadaan yang lebih baik ketimbang kelompok kontrol.

Krieger tidak berhenti disana, ia menindaklanjuti eksperimen tersebut. Para pasien kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didatangi dan diuji kembali tingkat hemoglobinnya setelah satu tahun eksperimen. Hasilnya mengejutkan, karena kelompok eksperimen secara statistik tetap memiliki tingkat hemoglobin yang tinggi.

Penelitian lainnya dilakukan di dalam laboratorium. Dalam sebuah lab, seseorang diukur ANS-nya (autonomic nervous activity), yakni bagian dari tubuh yang berfungsi secara otomatis, seperti denyut jantung, pernafasan, gerak peristaltik kerongkongan (gerak menelan), dan GSR (galvanic skin response) atau aktivitas listrik di kulit.

Prosedur penelitiannya adalah sebagai berikut : “Subjek duduk dalam sebuah ruangan dimana fisiologis Anda dapat dimonitor. Lalu, peneliti mengundang penyembuh jarak jauh untuk duduk di ruangan yang berbeda dan berjauhan dengan subjek. Tidak ada komunikasi sensorik antara subjek dan penyembuh. Peneliti meminta penyembuh dengan acak pada saat tertentu untuk mempengaruhi fisiologis subjek dari jarak jauh dengan cara menenangkan subjek. Peneliti kemudian membandingkan ANS subjek selama tes berlangsung ketika penyembuh berusaha menenangkan subjek, dengan ketika penyembuh tidak melakukan apa-apa”

Hasilnya, ada bukti statistik kuat yang mendukung ide bahwa terdapat perubahan pada subjek meskipun tidak ada kontak sensorik. Artinya, ANS subjek berubah pada saat penyembuh berusaha menenangkan subjek. Harap dicatat, karena perlakukan dilakukan secara acak, maka subjek tidak akan tahu kapan penyembuh mengirimkan sinyal kepada subjek.