Psikokinesis

Psikokinesis adalah kemampuan memanipulasi sebuah objek fisik hanya dengan pikiran semata-mata. Sebuah objek, bisa berupa benda maupun tubuh dimanipulasi dari jarak jauh. Salah satu bentuknya adalah psikokinetik metal-bending, yakni efek psikokinetik terhadap benda-benda metal seperti kunci, sendok, pisau atau semacamnya, dengan cara membuatnya berubah bentuk. Misalnya saja, Anda mungkin pernah melihat di televisi, Dedi Corbuzier membengkokkan sendok.

Meskipun umumnya fenomena psikokinesis direncanakan. Namun ada juga fenomena psikokinesis yang terjadi dengan spontan. Menurut para ahli parapsikologi, jika berada dalam keadaan terancam bahaya atau ketakutan yang sangat, Anda bisa dengan serta merta mengeluarkan daya psikokinetik. Misalnya saja membuat jam berhenti pada saat orang yang dicintai meninggal dunia. Secara spontan Anda membuat jam berhenti berdetak karena trauma psikologis yang Anda hadapi. Bisa juga menjatuhkan foto di dinding atau memecahkan kaca saat ketakutan. Akibatnya, boleh jadi Anda semakin ketakutan. Padahal itu adalah hasil daya psikokinetik Anda sendiri.

Umumnya para ahli parapsikologi membedakan adanya dua jenis psikokinesis, yakni psikokinesis makro dan psikokinesis-mikro. Psikokines makro adalah yang kejadiannya bisa diamati secara langsung. Seperti misalnya membengkokkan sendok, mengangkat benda ke udara, atau tahan senjata tajam. Sedangkan Psikokinesis mikro kejadiannya tidak bisa diamati dengan menggunakan mata telanjang. Diperlukan metode statistik tertentu untuk bisa mengetahuinya. Termasuk dalam kategori mikro adalah pengobatan jarak jauh.

Sejak jaman dahulu psikokinesis telah menyita perhatian masyarakat. Kisah-kisah keajaiban kebanyakan merupakan kisah tentang psikokinesis. Misalnya kisah Nabi Musa mengubah tongkat menjadi ular; kisah Nabi Sulaiman terbang menaiki angin; kisah pengobatan ajaib yang dilakukan Isa Al-masih, dan kisah-kisah lainnya.

Saat inipun, kepercayaan bahwa psikokinesis eksis, tetap hidup ditengah masyarakat. Misalnya saja keyakinan adanya pawang hujan yang mampu mengendalikan awan dan hujan. Buktinya setiap penyelenggaraan acara ditempat terbuka selalu minta pawang hujan untuk bertugas agar tidak diguyur hujan.

Saya masih ingat betul dengan kejadian saat SMA. Waktu itu di kampung saya akan diselenggarakan acara pernikahan dengan diiringi konser musik. Sore harinya saya pergi ke kampung tetangga untuk bermain bola disana (kira-kira 4 km jauhnya). Pada saat bermain bola, hujan mengguyur. Sampai saat pulang hujan masih sangat deras. Tapi mendekati batas kampung, (kira-kira masih 2 km dari kampung), hujan tidak ada sama sekali. Jalannya berdebu. Saya sempat menyaksikan hujan deras ada didekat saya, sedangkan saya sendiri tidak kehujanan lagi. Seperti ada tembok hujan saja. Terlihat kontras bekasnya. Sebelah basah total, sebelah kering berdebu.

Peristiwa itu menjadi bahan perbincangan di kampung-kampung sekitar waktu itu. Umumnya mereka memuji pawang hujan yang berhasil menahan hujan agar tidak turun. Pawang hujannya adalah tetangga saya sendiri. Dia sendiri yang mengakuinya. Menurutnya, ia harus berpuasa tiga hari lamanya agar dapat mencegah terjadinya hujan. Terlepas benar tidaknya adanya kemampuan psi berupa psikokinesis dalam mengendalikan hujan, masyarakat umum sangat percaya bahwa hal tersebut benar-benar ada.

Terdapat banyak bentuk psikokinesis yang umumnya dipercayai masyarakat keberadaannya. Selain mengontrol cuaca, beberapa diantaranya adalah tahan api, mengapungkan benda di udara, tahan benda sangat panas (ada orang yang bisa menempa pisau dengan tangan telanjang), tahan senjata tajam, dan lainnya. Termasuk yang sangat dipercayai masyarakat adalah penyembuhan jarak jauh. Dari suatu tempat, seseorang berupaya menyembuhkan orang lain yang berada di tempat lain.

Salah satu bentuk psikokinesis yang sering dipertunjukkan dimuka umum adalah tahan senjata tajam. Berbagai pertunjukan tradisional semacam debus, kuda lumping, atau kuda dor, biasanya selalu disertai unjuk kekuatan anti senjata tajam. Dalam kondisi normal, sangat tidak mungkin kulit akan tahan senjata tajam. Tapi dalam pertunjukan tersebut, seseorang benar-benar menjadi kebal. Untuk lebih meyakinkan, biasanya senjata tajam itu (biasanya berupa parang atau golok) disabetkan dulu ke benda tertentu semisal bambu. Sekali tebas, bambu sebesar lengan langsung putus. Jadi, bayangkan jika tangan manusia yang ditebas, mestinya juga bisa langsung putus. Tapi, nyatanya tangan sama sekali tidak luka, alias kebal.

Agak sulit memang untuk meyakini bahwa suatu manipulasi terhadap objek benar-benar karena psikokinetik. Bisa saja terjadi itu hanya tipuan. Dalam banyak kasus, orang yang mengaku sanggup melakukan daya psikokinetik ternyata hanya menipu. Kebanyakan hanya sulap atau ilusi, seperti yang biasa dilakukan di panggung-panggung hiburan oleh para pesulap dan ilusionis.

Katakanlah, Anda mengenal seseorang yang mengaku bisa melakukan daya psikokinetik. Misalnya membengkokkan sendok. Cobalah uji. Anda bawa sendok sendiri lantas berikan padanya untuk dibengkokkan. Jika berhasil membengkokkan, ada dua kemungkinan. Pertama, ia telah menipu Anda, misalnya dengan menggantikan sendok Anda dengan sendoknya sendiri yang biasa dibengkokkan, tanpa Anda sadari. Kedua, ia memang benar-benar memiliki daya psikokinetik.

Bagaimana jika gagal? Anda akan mendapat beragam alasan untuk menjelaskan kegagalannya. Mungkin ia mengaku kurang konsentrasi, sedang tidak mood, suasananya tidak mendukung, waktunya tidak tepat, atau apapun yang lain. Intinya, dia akan berusaha menutupi kegagalannya. Jadi, Anda memang harus kritis untuk mengakui sesuatu itu psikokinetik atau bukan.

Pada tahun 60-an, terkenal seseorang yang bernama Uri Geller. Ia berhasil membengkokkan berbagai benda metal. Pertunjukkannya sangat populer dan menakjubkan pemirsa televisi. Di studio TV, ia berhasil banyak membuat manipulasi terhadap benda-benda metal. Hal yang sama dilakukan Dedi Corbuzier di layar kaca televisi Indonesia pada waktu belakangan ini. Pada saat itu, Uri Geller bersedia untuk diuji di laboratorium. Hasilnya mengesankan. Uri Geller ternyata tidak mampu melakukan manipulasi apapun terhadap benda-benda metal di dalam kondisi laboratorium yang terkontrol. Kejadian itu kemudian dikenal dengan istilah efek geller. Jadi, sekali lagi, Anda mesti berhati-hati untuk menyimpulkan kemampuan psikokinetik yang dimiliki seseorang.