Oleh Achmanto Mendatu
-
Sejak jaman dulu, masturbasi (stimulasi erotik pada tubuh sendiri, biasanya organ genital, yang umumnya menghasilkan orgasme) dianggap sebagai salah satu bentuk kelainan seksual. Oleh sebab itu pelaku masturbasi dikecam habis-habisan. Tidak jarang yang tertangkap basah melakukan masturbasi akan diusir. Tapi apakah benar masturbasi merupakan kelainan seksual?
Ada setidaknya dua kriteria untuk menggolongkan sebuah perilaku seksual digolongkan sebagai kelainan seksual. Pertama, perilaku itu dilakukan oleh golongan kecil orang. Tidak banyak yang melakukannya. Kedua, perilaku itu merugikan pelaku maupun pasangannya. Nah, faktanya masturbasi tidak tercakup keduanya.
Masturbasi dilakukan mayoritas orang. Kegiatan masturbasi ini dilakukan kira-kira oleh 95% laki-laki dan 89% perempuan. Mereka yang memiliki pasangan seksual juga tetap melakukannya. Sebuah penelitian pada tahun 1994 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa dalam setahun terakhir sebanyak 85% laki-laki dan 45% perempuan melakukan masturbasi meskipun memiliki pasangan seks.
Bagaimana dengan remaja? Apakah Anda pernah bermasturbasi saat remaja? Remaja biasa melakukan hal tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 48,22% remaja melakukan masturbasi. Sebagian besar, yakni 46,62% melakukan masturbasi antara 1 sampai 2 kali sebulan. Sejumlah 10,98% melakukannya sebanyak 1 sampai 2 kali seminggu, atau kira-kira 4 sampai 8 kali sebulan. Bahkan sebanyak kira-kira 1,35% melakukan masturbasi setiap hari.
Biasanya, baik laki-laki maupun perempuan menggunakan tangan dalam masturbasi. Namun saat ini tersedia banyak alat bantu seks. Alat bantu masturbasi untuk laki-laki misalnya adalah vagina palsu dan gel pelicin. Sedangkan alat bantu masturbasi misalnya penis palsu yang sering disebut dildo.
Berlawanan dengan pendapat umum yang mengatakan bahwa masturbasi itu buruk buat kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa masturbasi aman. Satu-satunya masalah adalah bila orang merasa berdosa melakukannya, sehingga setelah melakukannya akan timbul perasaan bersalah. Secara medis tidak ada kerugian dari melakukan masturbasi. Namun tentu saja akan membahayakan tubuh jika menggunakan alat-alat, misalnya memasukkan penis buatan ke dalam vagina bisa menimbulkan iritasi vagina. Terlalu berlebihan melakukan masturbasi dengan tangan juga bisa membuat kulit penis lecet dan luka.
-
Sejak jaman dulu, masturbasi (stimulasi erotik pada tubuh sendiri, biasanya organ genital, yang umumnya menghasilkan orgasme) dianggap sebagai salah satu bentuk kelainan seksual. Oleh sebab itu pelaku masturbasi dikecam habis-habisan. Tidak jarang yang tertangkap basah melakukan masturbasi akan diusir. Tapi apakah benar masturbasi merupakan kelainan seksual?
Ada setidaknya dua kriteria untuk menggolongkan sebuah perilaku seksual digolongkan sebagai kelainan seksual. Pertama, perilaku itu dilakukan oleh golongan kecil orang. Tidak banyak yang melakukannya. Kedua, perilaku itu merugikan pelaku maupun pasangannya. Nah, faktanya masturbasi tidak tercakup keduanya.
Masturbasi dilakukan mayoritas orang. Kegiatan masturbasi ini dilakukan kira-kira oleh 95% laki-laki dan 89% perempuan. Mereka yang memiliki pasangan seksual juga tetap melakukannya. Sebuah penelitian pada tahun 1994 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa dalam setahun terakhir sebanyak 85% laki-laki dan 45% perempuan melakukan masturbasi meskipun memiliki pasangan seks.
Bagaimana dengan remaja? Apakah Anda pernah bermasturbasi saat remaja? Remaja biasa melakukan hal tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 48,22% remaja melakukan masturbasi. Sebagian besar, yakni 46,62% melakukan masturbasi antara 1 sampai 2 kali sebulan. Sejumlah 10,98% melakukannya sebanyak 1 sampai 2 kali seminggu, atau kira-kira 4 sampai 8 kali sebulan. Bahkan sebanyak kira-kira 1,35% melakukan masturbasi setiap hari.
Biasanya, baik laki-laki maupun perempuan menggunakan tangan dalam masturbasi. Namun saat ini tersedia banyak alat bantu seks. Alat bantu masturbasi untuk laki-laki misalnya adalah vagina palsu dan gel pelicin. Sedangkan alat bantu masturbasi misalnya penis palsu yang sering disebut dildo.
Berlawanan dengan pendapat umum yang mengatakan bahwa masturbasi itu buruk buat kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa masturbasi aman. Satu-satunya masalah adalah bila orang merasa berdosa melakukannya, sehingga setelah melakukannya akan timbul perasaan bersalah. Secara medis tidak ada kerugian dari melakukan masturbasi. Namun tentu saja akan membahayakan tubuh jika menggunakan alat-alat, misalnya memasukkan penis buatan ke dalam vagina bisa menimbulkan iritasi vagina. Terlalu berlebihan melakukan masturbasi dengan tangan juga bisa membuat kulit penis lecet dan luka.