Orientasi Seksual

Oleh Achmanto Mendatu
-
Anda memiliki fantasi seksual dan merasakan hasrat seksual pada laki-laki atau pada perempuan, atau pada keduanya? Kepada siapapun Anda tertarik, Anda tidaklah sendirian. Umumnya orang adalah heteroseksual alias tertarik hanya kepada lawan jenis. Namun cukup banyak juga orang yang tertarik hanya pada sesama jenis. Bahkan ada juga yang tertarik pada laki-laki maupun perempuan sekaligus. Secara normal, terdapat 3 jenis orientasi seksual manusia, yakni heteroseksual, ambiseksual, dan homoseksual.

Heteroseksual. Istilah heteroseksual ditujukan untuk seseorang yang tertarik secara seksual hanya pada lawan jenis. Laki-laki tertarik pada perempuan. Sebaliknya perempuan tertarik pada laki-laki. Sebagian besar orang digolongkan kategori ini. Orientasi heteroseksual adalah yang dianggap paling normal dan paling diterima. Pernikahan hanya bisa dilakukan oleh pasangan heteroseksual.

Ambiseksual. Ini adalah istilah untuk perempuan maupun laki-laki yang tertarik secara erotis atau seksual baik kepada perempuan dan laki-laki sekaligus. Istilah lainnya adalah biseksual. Perempuan tertarik pada perempuan dan laki-laki. Sebaliknya laki-laki juga tertarik secara seksual pada perempuan dan laki-laki sekaligus. Dalam kondisi ini, laki-laki tetap merasa dirinya sebagai laki-laki. Pun perempuan tetap merasa dirinya sebagai perempuan. Pada tahun 1994 di Amerika Serikat, sebanyak 5% laki-laki dan 3% perempuan mengaku diri sebagai ambiseksual.

Sebenarnya, cukup banyak orang merupakan ambiseksual meskipun dalam kadar ringan. Hal itu tidak kelihatan dalam situasi normal. Namun dalam situasi tidak normal seperti di penjara, gejala ambiseksual mudah terlihat. Di penjara yang dipenuhi laki-laki, adalah biasa laki-laki yang dulunya hanya tertarik pada perempuan, kemudian juga tertarik pada laki-laki. Pun begitu juga pada penjara perempuan. Mereka dulunya hanya tertarik pada laki-laki, tapi kemudian juga tertarik pada sesama perempuan. Setelah keluar penjara, karena ketersediaan lawan jenis, mereka akan kembali ke ketertarikan awal, yakni tertarik seks pada lawan jenis saja. Kaum perempuan biasanya lebih mudah untuk jatuh menjadi ambiseksual daripada laki-laki.

Homoseksual. Inilah istilah untuk seseorang yang tertarik secara seksual pada sesama jenis. Umumnya orang menganggap homoseksual untuk laki-laki yang suka laki-laki meskipun ada istilah sendiri untuk itu yakni gay. Adapun perempuan yang hanya tertarik secara erotik dan seksual pada sesama perempuan disebut sebagai lesbian. Jumlah kaum homo, baik yang mengaku terus terang sebagai homo maupun yang menutupinya diperkirakan berkisar antara 2-3 % dari keseluruhan populasi. Jadi kalau penduduk Indonesia ada 200 juta, maka sebanyak kira-kira 4 juta orang memiliki kecenderungan homoseksual. Sebuah penelitian di Amerika Serikat pada tahun 1994 malah menunjukkan angka lebih tinggi. Kira-kira 6,2% laki-laki dan 4,4% perempuan mengaku homoseksual.

Dalam berhubungan seks, biasanya satu pihak berperan sebagai laki-laki dan yang satunya berperan sebagai perempuan. Pada gay yang menikah, mereka sangat sulit untuk mengalami keterbangkitan seks atau terangsang hanya karena tubuh istrinya. Untuk terangsang, mereka biasa berfantasi tentang laki-laki lain. Demikian juga pada lesbian yang menikah. Mereka akan sulit terangsang pada suaminya.

Sebuah joke cukup populer menggambarkan kisah homoseksual. Ceritanya, pada suatu malam di sebuah kamar hotel, sepasang kekasih sedang bermasyuk ria.

“Sayang, terima kasih tadi ya. Aku sangat mencintaimu,” ucap salah satunya.

“Iya sayang, terima kasih juga ya. Aku cinta kamu. Kamulah satu-satunya pujaanku. Kita ketemu 2 hari lagi di sini ya. Aku hanya untukmu” ujar yang lain.

“Baiklah sayang. Sekarang sudah jam 7 malam. Kita harus pulang!” kata yang pertama tadi. Dan maka mereka berdua, sepasang kekasih itu mengenakan pakaian kembali. Saling mencium kening dan bibir seolah untuk yang terakhir kali, lalu pulanglah mereka ke rumah istri masing-masing”

Boleh dibilang, orientasi seksual banyak dipengaruhi faktor biologis. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa laki-laki homoseksual memiliki anatomi syaraf di beberapa bagian otak yang lebih mirip anatomi syaraf pada perempuan ketimbang pada laki-laki heteroseksual. Hal ini yang membuat laki-laki homoseksual cenderung memiliki kemampuan spasial atau memahami ruang sebaik perempuan heteroseksual (normal). Sebaliknya, perempuan homoseksual juga memiliki anatomi syaraf di beberapa bagian otak yang lebih mirip laki-laki heteroseksual (normal) daripada perempuan heteroseksual.

Dipercaya bahwa lingkungan memiliki pengaruh dalam membentuk orientasi seksual seseorang. Namun keyakinan bahwa homoseksualitas muncul karena pengasuhan yang keliru kurang berdasar. Nyatanya, contoh sosial (adanya kaum homo), ibu yang sangat protektif, ayah yang jauh, memiliki orangtua gay, atau kekerasan pada masa kanak-kanak diketahui tidak memiliki pengaruh terhadap orientasi seksual seseorang.

Orientasi seksual relatif menetap dan sulit diubah. Penelitian selama puluhan tahun untuk merubah orientasi seksual terbukti tidak berhasil. Banyak orang menentang dorongan homoseksualnya dengan menikahi lawan jenis dan memiliki anak. Tapi toh usaha-usaha itu terbukti kurang bisa mengubah kecenderungan homoseksual yang dimiliki. Rodrigo Munoz, Presiden American Psychiatric Association (Asosiasi Psikiater Amerika) tahun 1998 menyimpulkan bahwa ‘tidak ada bukti adanya terapi yang efektif untuk memperbaiki atau merubah orientasi seksual seseorang’.