Oleh Achmanto Mendatu
Apakah sikap yang anda miliki bisa berubah? Ya. Sikap bisa berubah. Anda bisa merubah sikap anda. Jika mula-mula anda bersikap negatif terhadap waria, anda bisa berubah untuk memiliki sikap positif terhadap waria. Jika mula-mula anda bersikap positif terhadap seseorang, anda bisa berubah bersikap negatif. Pertanyaannya, mengapa dan bagaimana perubahan sikap terjadi?
Setidaknya ada dua penjelasan untuk menerangkan perubahan sikap yang anda alami. Pertama oleh karena adanya konsistensi kognitif dalam diri anda. Kedua, karena adanya persuasi untuk merubah sikap anda.
1. Konsistensi kognitif
Semua orang berupaya mencari konsistensi di dalam pikiran mereka, baik dalam hal keyakinan, nilai-nilai maupun persepsi. Jika tidak konsisten mereka akan berusaha menjadikannya konsisten. Tidak mungkin pada saat yang sama anda akan mengakui bahwa pemerkosaan itu jahat sekaligus baik. Anda pasti memilih salah satunya saja.
Bayangkan anda tidak menyukai makanan capjay di sebuah restoran. Namun suatu saat anda mendengar bahwa seoarng koki terkenal memuji bahwa capjay di restoran itu sangat enak. Nah, informasi baru itu tidak konsisten dengan sikap anda. Anda tidak tidak menyukai capjay disana tapi koki terkenal menyukai. Kondisi tersebut dinamakan disonansi. Jadi, disonansi muncul ketika anda memiliki dua informasi atau dua pikiran yang saling bertentangan. Anda disebut mengalami disonansi jika melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan sikap anda.
Kondisi disonansi menjadikan seseorang berusaha agar kembali konsisten. Makin besar disonansinya maka makin besar pula motivasinya. Bagaimana caranya untuk mengurangi disonansi? Ada beberapa cara yang bisa dilakukan; melalui perubahan perilaku atau perasaan, merubah sikap, atau mengabaikan informasi.
Sebagai contoh, kita ambil sikap terhadap bakso. Anda menyukai makan bakso dan sering mencoba bakso di berbagai tempat. Suatu saat anda mendengar bahwa banyak bakso yang menggunakan formalin dan daging tikus. Karena informasi tersebut anda mengalami disonansi. Nah, apa yang anda lakukan untuk mengurangi disonansi anda? Mungkin anda berhenti mengkonsumsi bakso, tidak lagi menyukai bakso (menjadi bersikap negatif), atau mengabaikan informasinya (cuek saja).
2. Komunikasi persuasif
Lihatlah di majalah-majalah, koran, televisi, dan media massa lainnya. Anda akan menemukan banyak sekali informasi yang ditujukan untuk mengubah sikap anda. Mulai dari berita, opini, iklan, dan sebagainya. Misalnya iklan dibuat agar anda berubah sikap hingga mau membeli barang yang diiklankan.
Bagaimana sebuah persuasi bisa berhasil merubah sikap? Ada beberapa syarat agar persuasi bisa merubah sikap. Baik penyampai persuasi atau komunikator, isi pesan, maupun audiens (pihak yang dipersuasi) harus sama-sama menunjang. Berikut beberapa fakta yang berhubungan dengan perubahan sikap dan persuasi.
Orang yang berbicara cepat lebih lebih persuasif daripada yang berbicara lambat. Misalnya saja sales lebih persuasif ketimbang orang yang bicara terbata-bata.Semakin banyak informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda-beda, maka semakin mungkin untuk merubah sikap.
Menolak perubahan sikap
Bisa saja anda menolak untuk merubah sikap anda meskipun telah memperoleh informasi yang tidak konsisten dengan sikap anda atau telah mendapat persuasi. Pertanyaannya, mengapa anda menolak merubah sikap anda?
Terdapat beberapa penyebab sehingga anda mau merubah sikap anda. Pertama, anda berupaya melindungi kebebasan anda. Diri anda tidak ingin memiliki sikap tertentu karena hasil persuasi atau bujukan orang lain. Sikap yang dihasilkan dari persuasi orang lain berarti menandakan ketidakbebasan anda dalam menentukan sikap anda sendiri. Ini makanya gembar gembor agar anda memilih partai tertentu tidak mempengaruhi anda sama sekali. Begitupun usaha para sales yang sedemikian gencar menawarkan produk pada anda malah membuat anda terganggu. Anda merasa memiliki kebebasan untuk apapun. Persuasi-persuasi tadi dianggap mengganggu kebebasan anda. Oleh sebab itu anda menolak berubah.
Kedua, anda menolak persuasi karena tahu bahwa pesan yang anda terima memang dibuat untuk persuasi. Seringkali ada informasi yang memang sengaja digunakan untuk merubah sikap orang. Nah, jika anda tahu bahwa informasi tertentu ditujukan untuk mengubah sikap anda, maka anda cenderung menolaknya. Misalnya dalam sebuah acara televisi mengenai bahaya merokok, narsumber mengatakan bahwa merokok merugikan keuangan. Nah anda malah mengatakan “ah, itu kan kata dia saja!”
Ketiga, menghindar dari informasi yang tidak konsisten dengan sikap anda. Biasanya secara otomatis seseorang akan lebih memperhatikan informasi yang konsisten dengan sikapnya dan mengabaikan yang tidak konsisten. Misalnya saja anda penggemar klub sepak bola AC Milan. Maka anda akan lebih memperhatikan fakta bahwa tahun 2006 dan 2007 klub itu dinobatkan FIFA menjadi klub terbaik di dunia. Selama 5 tahun terakhir, hanya klub itu yang selalu berhasil masuk perempat final Liga Champion Eropa. Bahkan sekali juara, sekali runner-up, dua kali semifinal, dan hanya sekali perempat final. Tidak ada klub lain yang bisa mencapai prestasi itu. Sebaliknya informasi bahwa klub itu terlibat skandal penyuapan wasit, terseok-seok di liga Italia Seri A atau strikernya mandul kurang anda perhatikan.
Misalnya anda memiliki sikap positif terhadap minuman keras. Anda biasa meminumnya. Nah, secara otomatis anda akan lebih memperhatikan informasi yang sesuai dengan sikap positif anda terhadap minuman keras, misalnya sebagian besar orang di dunia ini meminum minuman keras. Informasi tentang minuman keras bisa menyebabkan liver kurang anda perhatikan. Oleh sebab itu anda tidak akan berubah, karena informasi yang mungkin bisa merubah sikap Anda tidak anda perhatikan.
Apakah sikap yang anda miliki bisa berubah? Ya. Sikap bisa berubah. Anda bisa merubah sikap anda. Jika mula-mula anda bersikap negatif terhadap waria, anda bisa berubah untuk memiliki sikap positif terhadap waria. Jika mula-mula anda bersikap positif terhadap seseorang, anda bisa berubah bersikap negatif. Pertanyaannya, mengapa dan bagaimana perubahan sikap terjadi?
Setidaknya ada dua penjelasan untuk menerangkan perubahan sikap yang anda alami. Pertama oleh karena adanya konsistensi kognitif dalam diri anda. Kedua, karena adanya persuasi untuk merubah sikap anda.
1. Konsistensi kognitif
Semua orang berupaya mencari konsistensi di dalam pikiran mereka, baik dalam hal keyakinan, nilai-nilai maupun persepsi. Jika tidak konsisten mereka akan berusaha menjadikannya konsisten. Tidak mungkin pada saat yang sama anda akan mengakui bahwa pemerkosaan itu jahat sekaligus baik. Anda pasti memilih salah satunya saja.
Bayangkan anda tidak menyukai makanan capjay di sebuah restoran. Namun suatu saat anda mendengar bahwa seoarng koki terkenal memuji bahwa capjay di restoran itu sangat enak. Nah, informasi baru itu tidak konsisten dengan sikap anda. Anda tidak tidak menyukai capjay disana tapi koki terkenal menyukai. Kondisi tersebut dinamakan disonansi. Jadi, disonansi muncul ketika anda memiliki dua informasi atau dua pikiran yang saling bertentangan. Anda disebut mengalami disonansi jika melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan sikap anda.
Kondisi disonansi menjadikan seseorang berusaha agar kembali konsisten. Makin besar disonansinya maka makin besar pula motivasinya. Bagaimana caranya untuk mengurangi disonansi? Ada beberapa cara yang bisa dilakukan; melalui perubahan perilaku atau perasaan, merubah sikap, atau mengabaikan informasi.
Sebagai contoh, kita ambil sikap terhadap bakso. Anda menyukai makan bakso dan sering mencoba bakso di berbagai tempat. Suatu saat anda mendengar bahwa banyak bakso yang menggunakan formalin dan daging tikus. Karena informasi tersebut anda mengalami disonansi. Nah, apa yang anda lakukan untuk mengurangi disonansi anda? Mungkin anda berhenti mengkonsumsi bakso, tidak lagi menyukai bakso (menjadi bersikap negatif), atau mengabaikan informasinya (cuek saja).
2. Komunikasi persuasif
Lihatlah di majalah-majalah, koran, televisi, dan media massa lainnya. Anda akan menemukan banyak sekali informasi yang ditujukan untuk mengubah sikap anda. Mulai dari berita, opini, iklan, dan sebagainya. Misalnya iklan dibuat agar anda berubah sikap hingga mau membeli barang yang diiklankan.
Bagaimana sebuah persuasi bisa berhasil merubah sikap? Ada beberapa syarat agar persuasi bisa merubah sikap. Baik penyampai persuasi atau komunikator, isi pesan, maupun audiens (pihak yang dipersuasi) harus sama-sama menunjang. Berikut beberapa fakta yang berhubungan dengan perubahan sikap dan persuasi.
- Orang yang ahli lebih persuasif ketimbang yang tidak ahli.
- Pesan yang tidak ditujukan untuk merubah sikap kadangkala lebih berhasil merubah sikap daripada pesan yang sengaja ditujukan untuk merubah sikap.
- Komunikator yang populer dan menarik lebih bisa merubah sikap daripada yang tidak populer dan tidak menarik
- Orang yang memiliki percaya diri tinggi lebih sulit diubah sikapnya
- Orang yang memiliki harga diri tinggi lebih sulit diubah sikapnya
Orang yang berbicara cepat lebih lebih persuasif daripada yang berbicara lambat. Misalnya saja sales lebih persuasif ketimbang orang yang bicara terbata-bata.Semakin banyak informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda-beda, maka semakin mungkin untuk merubah sikap.
Menolak perubahan sikap
Bisa saja anda menolak untuk merubah sikap anda meskipun telah memperoleh informasi yang tidak konsisten dengan sikap anda atau telah mendapat persuasi. Pertanyaannya, mengapa anda menolak merubah sikap anda?
Terdapat beberapa penyebab sehingga anda mau merubah sikap anda. Pertama, anda berupaya melindungi kebebasan anda. Diri anda tidak ingin memiliki sikap tertentu karena hasil persuasi atau bujukan orang lain. Sikap yang dihasilkan dari persuasi orang lain berarti menandakan ketidakbebasan anda dalam menentukan sikap anda sendiri. Ini makanya gembar gembor agar anda memilih partai tertentu tidak mempengaruhi anda sama sekali. Begitupun usaha para sales yang sedemikian gencar menawarkan produk pada anda malah membuat anda terganggu. Anda merasa memiliki kebebasan untuk apapun. Persuasi-persuasi tadi dianggap mengganggu kebebasan anda. Oleh sebab itu anda menolak berubah.
Kedua, anda menolak persuasi karena tahu bahwa pesan yang anda terima memang dibuat untuk persuasi. Seringkali ada informasi yang memang sengaja digunakan untuk merubah sikap orang. Nah, jika anda tahu bahwa informasi tertentu ditujukan untuk mengubah sikap anda, maka anda cenderung menolaknya. Misalnya dalam sebuah acara televisi mengenai bahaya merokok, narsumber mengatakan bahwa merokok merugikan keuangan. Nah anda malah mengatakan “ah, itu kan kata dia saja!”
Ketiga, menghindar dari informasi yang tidak konsisten dengan sikap anda. Biasanya secara otomatis seseorang akan lebih memperhatikan informasi yang konsisten dengan sikapnya dan mengabaikan yang tidak konsisten. Misalnya saja anda penggemar klub sepak bola AC Milan. Maka anda akan lebih memperhatikan fakta bahwa tahun 2006 dan 2007 klub itu dinobatkan FIFA menjadi klub terbaik di dunia. Selama 5 tahun terakhir, hanya klub itu yang selalu berhasil masuk perempat final Liga Champion Eropa. Bahkan sekali juara, sekali runner-up, dua kali semifinal, dan hanya sekali perempat final. Tidak ada klub lain yang bisa mencapai prestasi itu. Sebaliknya informasi bahwa klub itu terlibat skandal penyuapan wasit, terseok-seok di liga Italia Seri A atau strikernya mandul kurang anda perhatikan.
Misalnya anda memiliki sikap positif terhadap minuman keras. Anda biasa meminumnya. Nah, secara otomatis anda akan lebih memperhatikan informasi yang sesuai dengan sikap positif anda terhadap minuman keras, misalnya sebagian besar orang di dunia ini meminum minuman keras. Informasi tentang minuman keras bisa menyebabkan liver kurang anda perhatikan. Oleh sebab itu anda tidak akan berubah, karena informasi yang mungkin bisa merubah sikap Anda tidak anda perhatikan.