Medium

Anda pernah melihat adanya upacara pemanggilan arwah? Sang arwah dipanggil untuk hadir melalui seorang perantara atau medium. Biasanya, perantaranya adalah dukun. Kehadiran sang arwah ditAndai dengan keadaan trans. Bisa saja sang dukun menulis secara otomatis atau berbicara tertentu yang diluar kebiasaan. Setelah selesai, sang dukun tidak menyadari apa yang telah dilakukannya. Seolah-olah ada kepribadian lain yang menggantikan kepribadiannya yang asli. Kepribadian yang lain yang menggantikan itulah yang dianggap sebagai arwah.

Orang yang melakukan proses seperti diatas dikenal dengan sebutan medium. Orang tersebut hanya menjadi sarana dari sesosok jiwa yang lain, dalam menyampaikan sesuatu (jiwa yang lain itu sering dianggap arwah, yakni jiwa orang yang sudah meninggal). Praktek perantara atau medium semacam itu hampir bisa ditemukan di semua kebudayaan, termasuk hampir di seluruh etnik di Indonesia. Fenomena jelangkung misalnya, bisa dianggap sebagai bagian dari fenomena tersebut.

Terkait dengan medium adalah kondisi trans, yakni keadaan dimana seseorang mengalami disosiasi, dan kehilangan kesadaran terhadap lingkungan sekitarnya serta melakukan berbagai gerak otomatis. Dalam kasus diatas, terjadi pada dukun yang dirasuki arwah. Selain dalam kondisi kerasukan arwah, kondisi trans juga terjadi dalam keadaan terhipnotis atau dalam praktek perdukunan lainnya.

Anda pasti tahu tarian kecak di Bali. Para penarinya akan mencapai kondisi trans dan menari secara otomatis. Begitu juga dengan pemain kuda lumping, reog, kuda dor, atau beragam tarian lainnya. Mereka benar-benar mengalami trans. Seolah-olah mereka dikuasi oleh kekuasaan adikodrati. Namun banyak ahli menyatakan bahwa kondisi trans dalam tarian hanyalah perubahan kesadaran biasa, bukan merupakan fenomena psi.